Keajaiban
Kalian suka menunggu gak? Kalau aku pribadi, menunggu itu ada 2 kategori. Yang pertama nunggu gojek dateng sambil dengerin lagu pake headset, yang kedua nunggu kepastian dari Allah Swt. Kalau nunggu gojek, kita bisa mantau dari GPS, si mamang gojek nya udah sampe mana. Kalau mamang nya nyasar? Bisa di chat atau telfon. Bagaimana hal nya dengan nunggu kepastian dari Tuhan sendiri? Gak ada yang bisa mantau, gak bisa di sms, whatsapp, line, atau pun telfon. Video call apa lagi. Tapi justru, nunggu sesuatu yang gak bisa pantau itu lah yang menurut ku sesuatu yang bisa disebut magical. Bukan magic ala ala pesulap ya, magic yang ini beda. Kalian pasti pernah dong berdoa, minta pertolongan Allah, minta sesuatu dari Allah yang jangka waktu diwujudkan nya pendek. Maksud ku, doa hari ini pengennya besok dikabulin. Gak mungkin gak pernah, karena aku juga pernah. Doa itu gak salah, minta sesuatu dari Allah itu gak salah. Karena kalau bukan dari Dia, mau dari siapa lagi?
Aku seorang muslim yang diwajibkan untuk sholat 5 waktu dalam sehari. Dan aku pernah, dalam 5 kali sholat dalam sehari itu, aku berdoa dan meminta sesuatu hal yang sama. Bibir ku komat-kamit mengeluarkan kalimat yang sama tiap hari nya, doa yang sama, alunan kata yang sama, bahkan tangisan yang sama. Dan apa hasilnya? Nihil. Gak ada yang berubah, gak ada keajaiban yang datang pada diri ku. Tiap malam, ya, kebetulan kalau malam tuh biasanya suasanya jadi kelabu, tiap abis sholat Maghrib menjelang Isya, aku suka tiduran di atas sajadah. Padahal mah empukkan di atas kasur, tapi rasanya beda aja. Di atas sajadah, aku merasa hangat karena gak kontak langsung sama lantai. Aku tiduran menghadap ke lampu sambil ngomong sendiri, "kapan doa Ayya dikabulkan?" "kapan Ayya bisa cerita ke mama sama papap kalau Ayya dapet panggilan magang?" begitu terus pertanyaan ku, diulang ulang dalam seminggu, hingga detik ini menginjak 3 bulan sudah aku mengeluarkan pertanyaan tersebut. Rasanya benar benar putus asa. Kayak nunggu gojek yang gak dateng dateng, pengen nge-cancel aja. Tapi ini nunggu kepastian Allah Swt., bukan nunggu gojek yang bisa di cancel seenak nya. Sampai pada akhirnya, aku mengeluarkan sebuah kalimat yang berisi, "apapun ridha-Mu, insyaAllah Ayya ikhlas ngejalanin nya. Apapun jalan-Mu, insyaAllah Ayya bisa ngejalanin nya. Karena hanya Engkau yang tau jalan yang terbaik untuk Ayya itu apa."
DANG, gak ada angin gak ada ujan, Jerman dingin sih tetep. Karena Allah udah ngatur semua nya, aku reflek buka email dan ngecek folder spam. Aku tipikal orang yang jarang buka folder spam karena udah tau isi nya ya yang gak penting semua. Tapi disitu muncul sebuah email dari suatu perusahaan.
"...we would like to have a conversation with you."
Yang dalam artian lain nya bahwa aku dipanggil oleh mereka untuk wawancara.
Ikhlas, sabar, bukan lah hal yang mudah. Sama hal nya untuk menjadi seorang atlit, dibutuhkan latihan dan kerja keras dalam jangka waktu yang lama. Sesuatu yang baik itu datang nya tidak instan, butuh proses agar menjadi matang. Yakin lah kalau jalan nya Allah lebih baik dari apa yang kalian expect, dan jangan pernah berhenti untuk sabar menunggu dan ikhlas berlapang dada untuk menerima semua nya.
Allah melihat mu, Allah mendengar mu, Allah sangat tau apa yang dirasakan oleh umat nya.
Jena, Germany
11 Desember 2017
12:34 PM
Aku seorang muslim yang diwajibkan untuk sholat 5 waktu dalam sehari. Dan aku pernah, dalam 5 kali sholat dalam sehari itu, aku berdoa dan meminta sesuatu hal yang sama. Bibir ku komat-kamit mengeluarkan kalimat yang sama tiap hari nya, doa yang sama, alunan kata yang sama, bahkan tangisan yang sama. Dan apa hasilnya? Nihil. Gak ada yang berubah, gak ada keajaiban yang datang pada diri ku. Tiap malam, ya, kebetulan kalau malam tuh biasanya suasanya jadi kelabu, tiap abis sholat Maghrib menjelang Isya, aku suka tiduran di atas sajadah. Padahal mah empukkan di atas kasur, tapi rasanya beda aja. Di atas sajadah, aku merasa hangat karena gak kontak langsung sama lantai. Aku tiduran menghadap ke lampu sambil ngomong sendiri, "kapan doa Ayya dikabulkan?" "kapan Ayya bisa cerita ke mama sama papap kalau Ayya dapet panggilan magang?" begitu terus pertanyaan ku, diulang ulang dalam seminggu, hingga detik ini menginjak 3 bulan sudah aku mengeluarkan pertanyaan tersebut. Rasanya benar benar putus asa. Kayak nunggu gojek yang gak dateng dateng, pengen nge-cancel aja. Tapi ini nunggu kepastian Allah Swt., bukan nunggu gojek yang bisa di cancel seenak nya. Sampai pada akhirnya, aku mengeluarkan sebuah kalimat yang berisi, "apapun ridha-Mu, insyaAllah Ayya ikhlas ngejalanin nya. Apapun jalan-Mu, insyaAllah Ayya bisa ngejalanin nya. Karena hanya Engkau yang tau jalan yang terbaik untuk Ayya itu apa."
DANG, gak ada angin gak ada ujan, Jerman dingin sih tetep. Karena Allah udah ngatur semua nya, aku reflek buka email dan ngecek folder spam. Aku tipikal orang yang jarang buka folder spam karena udah tau isi nya ya yang gak penting semua. Tapi disitu muncul sebuah email dari suatu perusahaan.
"...we would like to have a conversation with you."
Yang dalam artian lain nya bahwa aku dipanggil oleh mereka untuk wawancara.
Ikhlas, sabar, bukan lah hal yang mudah. Sama hal nya untuk menjadi seorang atlit, dibutuhkan latihan dan kerja keras dalam jangka waktu yang lama. Sesuatu yang baik itu datang nya tidak instan, butuh proses agar menjadi matang. Yakin lah kalau jalan nya Allah lebih baik dari apa yang kalian expect, dan jangan pernah berhenti untuk sabar menunggu dan ikhlas berlapang dada untuk menerima semua nya.
Allah melihat mu, Allah mendengar mu, Allah sangat tau apa yang dirasakan oleh umat nya.
Jena, Germany
11 Desember 2017
12:34 PM
Komentar
Posting Komentar