Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sebuah Perjalanan

Aku mungkin merasakaan sesuatu yang berbeda dengan teman teman ku. Bukan  merasa spesial, tetapi memang aku berbeda. Berbeda dalam artian jalan ku untuk menempuh hidup tidak seperti orang lain. Jalan ku untuk mendapatkan gelar tidak semulus orang lain. 4 tahun kuliah? Buat mereka iya, namun tidak untuk ku. Selama hampir 22 tahun hidup, aku merasakan jatuh terus dalam hidup ku. Dari SMA, hingga detik ini. 7 tahun yang lalu, 2012, aku gagal masuk SMA Negeri favorit di Tangerang Selatan dan berakhir di SMA swasta. 3 tahun yang lalu, 2016, aku nyaris gagal untuk pergi ke Jerman bareng angkatan karena gagal di nilai Fisika, dimana Fisika adalah mata kuliah wajib dan syarat untuk pergi ke Jerman. Alhamdulillah aku berhasil memperbaiki nya dan berangkat ke Jerman di tahun 2017. Apa di Jerman aku berhasil? Tidak. Di Jerman aku mengalami kegagalan terbesar dalam hidup ku. Pertemanan, studi, semua hancur karena sikap kekanak-kanakan ku. IPK hancur, kehidupan ku hampir hancur, aku h

I'm not a doll

On one night, I was wondering. I am so tired to live like this. So tired of people who keep pushed and rushed on everything that I do. Sometimes, I envy other people. They enjoying life. They live their own life. They chose their own choices and do it freely. They can express everything about their life. I sat on the corner of my room and yes, it is only happening in the movie. Or on other people. And absolutely not me. Keep "wow"-ing other people but actually I'm the miserable one. I'm tired and I only need space. I need time for myself to arrange my own life. I almost 22 this year, isn't that time to arrange everything on my own? I'm not a doll, and I have a life to live on. Don't force me. Let me live my own life. Let me create and sketch my post-graduate life. I can't always be my parent's doll. Well, after all, I'm a human, not a doll.

Kecewa

Apa yang telintas dipikiran mu ketika mendengar kata 'sahabat'? Bisa dibilang, ia adalah seseorang yang sudah kenal lama dengan mu dan yang paling mengerti baik dan buruk nya dirimu. Pernah gak kalian merasa gak cocok ngobrol dengan orang lain karena kita nya sudah terlalu akrab dengan sahabat sendiri? Aku sempat di posisi itu. 'Sempat'? Lalu sekarang udah gak? Entah bisa dibilang masih atau tidak, aku merasa aneh dengan diri ini. Aku yang berubah, atau mereka yang berubah? We aren't longer talk to each other like we used to. Hanging out together like when we were young. Mungkin aku disini gak nge- highlight kalau kita udah kuliah. And we almost finished our study and we are so busy with our own business. Karena aku mau numpahin apa yang aku rasain, mungkin akan terlihat sangat egois. Well, this is it. I'm being nice to everyone because I actually am a shitty ignorant person. I always am trying to respond to every chat that my 'best friend

What Can I Do?

Have you ever mad to yourself? Have you ever disappointed with yourself? Have you ever cried because of yourself? What will you do? Whan can I do?

Menjadi Nyata

Aku pernah mengeluh soal ujian lisan, atau biasa disebut kompre, dan biasa disebut oleh kampus ku dengan sebutan OFSE pada tanggal 23 Januari 2019 kemarin. Di tengah malam, aku mengeluh dan mencurahkan semua isi kepala ku yang sempat sakit pada waktu itu pada notes  di hp ku. Pada waktu itu, aku sedang dikelilingi oleh suasa yang amat tertekan. Aku dikelilingin oleh ketakutan ku sendiri. Overthinking, negative thinking , semua mengontrol diriku. Apa yang ku takutkan? Sebuah kegagalan. Kegagalan yang efek nya akan menyebar bukan hanya dalam diri ku sendiri, tapi kepada keluarga dan kampus ku. 11 Febuari 2019 adalah hari pengumuman kelulusan OFSE ku. Dan hasilnya? Nihil. Aku dinyatakan tidak lulus ujian lisan karena aku gagal di satu mata kuliah, Kimia Organik. Tangan ku gemeteran sambil memegang hp ku sendiri. Aku mencoba me- refresh safari di hp ku namun tulisan 'FAILED' berwarna merah itu tidak kunjung hilang. Apa ini benar? Atau aku yang salah lihat? Tanpa berpikir panj

Takut

Tulisan ini dibuat pada tanggal 23 Januari 2019 jam 00:37. Di tengah malam ini, aku duduk di pojokan kamar sambil menundukkan kepala dan menangis. Menangis akan takutnya diri ini menghadapi sebuah realita menyeramkan di depan matanya. Aku sangat takut dengan ujian. Terlebihnya, aku tidak akan bisa melanjutkan skripsi jika aku tidak lulus ujian tersebut. Menyeramkan, bukan? Pikiranku memantul jauh sekali hingga kepala ini terasa sakit. Kalau aku begini, bagaimana dengan orang tua ku? Kalau aku begitu, bagaimana dengan kuliah ku? Pertanyaan itu kerap menghantui pikiran ku. Dari sekian banyak pikiran yang memantul, aku tertuju pada satu kalimat yang merangkum semua pikiran ku. Aku takut gak lulus kompre, lalu gak bisa skripsian, dan akhirnya mengecewakan orang tua ku karena aku gak bisa wisuda tahun ini. Tragis, ya? Ketika ketakutan mu bisa memakan dan membunuh mu saat itu juga. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Untuk  husnudzon sedikit pun aku tidak bisa. Aku takut dengan

Akhirnya

Wah, terakhir gue nulis kapan ya? Oktober 2018 kemarin dan sekarang udah Januari 2019 aja? Waktu secepat itu jalan nya sampe kadang gue gemeteran sendiri karena makin deket skripsian, makin deket sidang, makin deket gue nyelesain S1 ini. Kadang gue juga gak nyadar kalau tahun ini gue 22 tahun, bukan 20 lagi, bukan 17 lagi, intinya bukan anak anak. Kalau gue ngaca pun gue masih ngerasa bocah banget, apalagi dari sifat gue. Dan proses pendewasaan diri itu benar adanya. Well, I barely passed my 7th semester. At least I reached GPA of 3 although the point behind 3 is so small. Thank God, I passed that hell. Semester 7 gue kemarin banyak banget drama. Dari yang sedih banget sampe bikin gue ngedown berhari-hari, sampe yang bikin bahagia berhari-hari. Di awal semester, gue nanya sama diri gue sendiri, "Will I survive?"  dan jawabannya "yes."  Gue bisa ngelewatin itu semua. Selama 3 bulan di semester 7 kemarin, gue bener bener kayak robot. Gak bisa napas karena tugas ga